PERAN DIET ELIMINASI PADA RHINITIS ALERGI
May 27, 2025

PERAN DIET ELIMINASI PADA RHINITIS ALERGI

Rhinitis alergi itu apa sih? Rhinitis alergi adalah kelainan pada hidung dengan gejala bersin, rinore, rasa gatal dan tersumbat setelah terpapar alergen yang diperantarai oleh IgE. Reaksi alergen yang berikatan dengan IgE akan memicu degranulasi dari sel mast sehingga mengakibatkan reaksi hipersensitivitas. Penyakit alergi ini banyak dijumpai sehari-hari. Meskipun penyakit alergi ini tidak mengancam jiwa, namun relatif mengganggu kehidupan sehari-hari.

Alergi dibagi berdasarkan cara masuknya ada 4:

  • Alergen inhalan (saluran pernafasan)
  • Alergen ingestan (makanan/ minuman yang dikonsumsi)
  • Alergen injektan (kontak langsung melalui suntikan obat)
  • Alergen kontaktan (kontak langsung kulit dengan zat tertentu, logam, pewarna)

Pada umumnya alergen penyebab rhinitis alergi pada anak adalah alergen ingestan dan paling banyak diderita oleh anak yang berusia kurang dari 1 tahun. Terapi rhinitis alergi berdasarkan alergen penyebabnya, jika penyebab alergen adalah alergen ingestan maka terapi khusus terhadap hipersensitivitas adalah menghindari penyebabnya (diet eliminasi).

Tahukah kamu? Alergi makanan terjadi pada 1-2 % pasien dewasa dan ± 8 % pada pasien anak-anak berusia kurang dari 6 tahun. Alergi makanan lebih sering terjadi pada anak di bawah umur 3 tahun dikarenakan belum matangnya sistem imunitas pada mukosa saluran cerna. Reaksi imunologis akibat alergi makanan bisa menyebabkan berbagai gejala yang timbul pada kulit, saluran gastrointestinal dan saluran nafas diantaranya adalah rhinitis alergi.

Jumlah penderita alergi makanan pada anak di berbagai negara bervariasi antara 6-8 %. Dari jumlah tersebut terbanyak ialah alergi terhadap susu sapi sebesar 2,5% diikuti alergi terhadap telur sebesar 1,5% serta alergi terhadap kacang sebesar 0,5%. Sedikitnya 2,5% bayi yang dilahirkan alergi terhadap susu sapi hingga berumur 1 tahun dan sebanyak 25% akan menetap sampai dewasa. Di ruang rawat inap anak RSUD Jombang alergen ingestan yang sering dijumpai adalah susu sapi, ayam, telur, dan seafood.

Sumber alergi yang diakui oleh Food and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat adalah alergen makanan utama yang harus dicantumkan dalam label makanan. Alergen makanan utama tersebut adalah susu, telur, ikan, kerang, kacang pohon, kacang tanah, gandum, kedelai, dan wijen, sesuai gambar dibawah ini :

Diagnosis pasti alergi terhadap makanan hanya bisa dipastikan dengan pemeriksaan Double Blind Placebo Control Food Challenge (DBPCFC) atau dengan eliminasi provokasi makanan. Penanganan terbaik pada penderita alergi makanan adalah dengan menghindari makanan penyebabnya (diet eliminasi).

Reaksi alergi ini disebabkan berbagai macam faktor dan tergantung interaksi berbagai faktor tersebut yang dipengaruhi secara genetik dan bisa berubah terus dari waktu ke waktu.

Seperti pada umumnya penyakit, anamnesis dilakukan untuk mencari sebab alergen dengan pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang (tes khusus/ DBPCFC), dan catatan harian diet (dietary history). Di dalam catatan diet memudahkan untuk mendokumentasikan pola makan, frekuensi pemberian, serta jenis makanan yang dikonsumsi.

Pengaturan Pola Makan pada individu dengan alergi makanan dapat dilakukan dengan metode sebagai berikut :

Metode

Tatalaksana

Metode eliminasi makanan terbuka

Menghindari makanan penyebab alergi selama 2-3 minggu. Setelah 3 minggu bila keluhan alergi dan gangguan perilaku menghilang, maka dilanjutkan dengan provokasi makanan yang sebelumnya dicurigai.

Dilakukan diet provokasi 1 bahan makanan dalam 1 minggu, bila timbul gejala dicatat. Disebut sebagai penyebab alergi bila dalam 3 kali provokasi menimbulkan gejala.

Metode rotary diversified diet

Pengaturan konsumsi makan yang hanya boleh dikonsumsi kembali setelah 4-5 hari. Sedangkan makanan dalam 1 famili baru boleh dikonsumsi setelah 2-3 hari lagi

Diet eliminasi pada susu sapi tidak hanya susu sapi yang tidak dianjurkan namun harus menghidari semua produk yang mengandung bahan susu sapi, meliputi casein, whey, lactalbumin, caramel color, nougat dan semua produk yang mengandung susu sapi.

Pada ibu hamil yang memiliki rhinitis alergi berpotensi melahirkan bayi dengan kondisi yang sama sehingga ibu hamil dianjurkan untuk mengonsumsi makanan dan minuman yang non alergenik selama hamil. Setelah bayi lahir, dianjurkan untuk konsumsi pertamanya adalah air susu ibu (ASI). ASI diberikan secara eksklusif selama 6 bulan, selanjutnya jika bayi sudah diberikan makanan tambahan sebaiknya diberikan makanan yang tidak menimbulkan alergi atau dapat disajikan secara bergantian.  Beberapa penelitian penghindaran makanan padat termasuk telur, ikan, kacang tanah, dan gandum dapat menurunkan angka kejadian alergi pada balita. Apabila bayi tidak mengonsumsi ASI dan diperlukan formula dianjurkan memilih formula hydrolyzed daripada formula soya.

Peranan diet eliminasi dilakukan dengan menghindari secara lengkap semua makanan atau grup makanan yang dicurigai selama waktu tertentu (umumnya 7-14 hari) sambil dimonitor berkurangnya gejala. Jika terjadi paparan alergen tanpa diduga, maka perlu bantuan ahli gizi untuk memastikan diet dengan nutrisi cukup.

 

 

Disusun oleh : Ratna Fitria Isnaini, A.Md.Gz

Sumber :

Suryantoko, D.R.P. (2012) ‘Peran Diet Eliminasi Alergi Makanan Pada Diagnosis Dan Terapi Rinitis Alergi’, Dep/SMF Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala dan Leher, (Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga-RSUD Dr. Soetomo Surabaya), pp. 170–186.